New Template

Ads by Smowtion


Senin, 10 Januari 2011

MERASAKAN KEHADIRAN ALLAH

MERASAKAN KEHADIRAN ALLAH





Al-Mujaadilah:007 
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Disuatu hari yang penting, Nabi Muhammad saw. berjalan tergesa-gesa bersama sahabat tercintanya, Abu Bakar. Hari itu amat menentukan; Hijrah Nabi tengah berlangsung. Beberapa sahabat telah berangkat lebih dahulu ke Madinah sebagai langkah darurat menyelamatkan iman mereka pada Allah swt. dan Rasul-Nya.
Sebelumnya, para pemuda terbaik dari berbagai kabilah Mekkah telah me nyerbu rumah Nabi, ingin membunuh beliau. Tapi mereka kecewa hanya me nemukan Ali bin Abi Thalib tengah tidur di ranjang.
     Nabi dan Abu Bakar memang selamat dari penyerbuan itu tapi bahaya be lum selesai. Pasukan kafir melakukan pengejaran. Kita tahu, kemudian Nabi saw bersem bunyi di goa Tsur selama tiga hari ( lihat Tafsir Ibnu Katsir).
      Pasukan pengejar akhirnya sampai juga dimulut goa persembunyian itu. Tak terbayangkan bagaimana kecemasan Abu Bakar ketika itu.Ia bukan men cemaskan dirinya, tapi mencemaskan laki-laki mulia yang duduk bersama nya,sahabat terkasih dan Nabi seluruh manusia yang tengah menyampaikan risalah.
Sebuah riwayat merekam kecemasan itu.

     “Kalau aku terbunuh,maka hanya seorang saja yang wafat. Tapi jika   engkau wahai Rasulullah, yang wafat, maka umat dan agama ini akan binasa” ujar Abu Bakar, sebagaimana ditulis Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbach
      Nabi sangat mengerti kecemasan itu karena hanya dengan menunduk kan kepa la ke dalam goa maka pasukan kafir Quraisy dapat melihat kakinya, dan sahabatnya itu tengah duduk bersembunyi. Tapi dengan rasa tawakal yang tinggi kepada  Allah, beliau menjawab dengan perkataan bagai air di ngin menyejukkan besi terbakar.
     “La Tahzan, Innallaha ma’ana!” (Jangan bersedih Allah bersama kita).
Inilah sebuah potret penting yang sangat kaya untuk dapat menyentuh keha diran Allah. Kalimat ini termaktub dalam surat At-Taubah ayat ke-40. Tak ada pertolongan apapun saat itu selain pertolongan Allah.

      Ibnu Qayyim meyebut, pertolongan Allah datang lewat laba-laba yang datang dan menutup mulut goa, membuat mantab persembunyian itu dan jejak makin tersa mar.Lalu Allah mengutus dua ekor merpati membuat sarang, menjadi menutup pan dangan orang yang mencari .
      Demikianlah Allah memperlihatkan ’kehadiran-Nya’ yang dirasakan Nabi saw. hingga ucapannya kepada Abu Bakar bukanlah hiburan kosong belaka. Dan dari keja dian ini, Allah memang benar-benar bersama kita !

KEHADIRAN UTUH

      Surat al-Hadiid ayat ke-4 menyebut kehadiran Allah demikian menyeluruh. Di da lam ayat tersebut, terlebih dahulu dijelaskan penciptaan langit  dan bumi selama enam masa, lalu dijelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui apa saja yang masuk dan
keluar dari bumi serta apa yang naik dan turun dari langit, ayat ini lantas menyebut
“Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Malihat apa yang kamu kerjakan.”
      Para ahli tafsir memaknai kalimat “Dia bersama Kamu” sebagai kebersamaan pengetahuan dan kekuasaannya pada setiap makhluk,baik yang tampak maupun ter sembunyi. Tapi mengingat ucapan Nabi kepada Abu Bakar di goa Tsur,kita dapat me narik garis yang lebih dalam dari tafsir tersebut.

     “Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu bila ada dua orang dan ketiganya adalah Allah?” Allah hadir lebih peribadi dalam ujaran Nabi ini, lebih intim dan sa ngat intensif. Menjadi “sosok” lain diantara Nabi dan Abu Bakar.
Riwayat ini mendapat penegasan lebih gamblang pada ayat  ke-7 surat Al-Mujada lah. “Tiada sedikitpun pembicaraan rahasia antara tiga orang melainkan Dia-lah yang keempat,tiada lima orang melainkan Dia-lah yang kelima,tiada lima orang me lainkan Dia-lah yang keenam. Dan tidak pula pembicaraan yang lebih kecil dari itu atau lebih banyak dari jumlah itu melainkan Dia bersma mereka di manapun mereka berada.”
     Jika pada ayat ke-4 surat Al-Hadiid Allah menyatakan kehadiran-Nya dengan terlebih dahulu memberikan gambaran alam semesta yang meliputi dunia, langit dan segala isinya, maka pada ayat di atas Allah memberi gambaran lebih terperinci da lam ruang kecil dan terbatas.
      Tak ada bisik-bisik manusia (dalam kebaikan dan kemungkaran) yang luput dari kehadiran-Nya.Tengoklah bagaimana bilangan bukanlah hal  penting di sini. Dima na pun dan berapapun jumlah orang itu; dua, lima, lebih banyak dari itu, atau lebih se dikit, Allah sungguh Maha Hadir beserta mereka.
     Tak heran jika semua makhluk yang ada di bumi maupun di langit bertasbih, mensucikan Nama dan Dzat-Nya (QS. Al-Hadiid: 1). Batu di dasar laut dan di planet lain memuji-muji-Nya karena Allah bersama mereka, Demikian pula, daun, pohon, serta gumpalan tanah. Makhuk-makhluk yang hidup di palung-palung kelam di dasar lautan tak merasakan kegelapan karena Allah  hadir dan merahmati mereka. Tak heran pula jika ada makhluk-Nya yang hidup di kutub yang dingin, sekalipun orang enggan datang ke sana, tapi tidak mati dan tidak kesepian.

     Al-Qur’an menggambarkan kehadiran Allah lebih dari sekadar intensif tapi juga aktif dan sangat detil. Sedemikain detil hingga  ‘Dia Maha Mengetahui segala isi hati’ (QS. al-Hadiid: 6). Isi hati adalah hal paling halus hingga orang dapat menyimpan isinya sampai ia wafat. Tapi, sekali lagi, dengan ke hadiran-Nya yang demikian terpe rinci bersama diri manusia, sekalipun manusia berkata-kata dengan hatinya sendiri, Allah hadir menyertai dan mengetahui isi hatinya itu.

     Kehadiran Allah juga adalah kehadiran yang aktif. Dia berkata bahwa, “Aku men dengar dan melihat” (QS. Thaha:46). Kalimat inilah yang menenangkan Nabi Musa as dan saudaranya, Nabi Harun as, saat mereka berdua mngadukan kegunda han hati mereka menyeru Fir’aun kepada agama tauhid.
     “Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia (Fir’aun) bersegera menyik sa kami dan ia akan bertambah melampaui batas.” Ujar mereka dengan cemas.
     Lantas, seperti ucapan Nabi Muhammad saw. kepada Abu Bakar, Allah pun men jawab, “Janganlah kalian berdua cemas, sesungguhnya Aku bersama kalian berdua, Aku mendengar dan melihat.”
     Kedua Nabi bersaudara itu pun menjadi tenang setelah Allah mengingatkan keha diran-Nya yang aktif itu. Fir’aun memang wajar membuat gentar Nabi Harun dan Musa as, karena kezalimannya sangat kelewatan. Ia membunuh semua anak laki-laki yang baru lahir, membiarkan kaum perempuan hidup hina, menguasai pasukan yang besar dan kejam,termasuk tukang sihir yang dapat ia perintahkan membunuh siapa saja yang dikehendakinya. Dan ia juga adalah raja yang mengaku Tuhan.

ARAH TAKWA

     Menurut Quraish Shihab, dengan firman-Nya, Allah seakan-akan berkata dalam ayat 45-46 surat Thaha tersebut:
 “Janganlah kalian bedua khawatir menghadapi Fir’aun dan pengikut-pengikutnya bahkan kepada siapa pun selain mereka, karena sesungguhnya Aku beserta kamu berdua. Aku mendengar dan melihat keadaanmu serta medengar dan melihat keadaan Fir’aun dan siapapun. Aku tidak akan mem berinya kekuasaan untuk menyiksa dan mengalahkan kamu.”
     Kehadiran Allah yang tersentuh membawa seseorang  sampai pada arah takwa. Ingatlah sebuah hadits populer yang menyeru untuk bertakwa  kepada Allah dimana saja kita berada. Hal ini bukanlah suatu kondisi yang tanpa alasan. Seseorang mesti bertakwa kepada Allah dimana saja ia berada karena Allah bersamanya dimanapun ia berada. Allah swt. tidak istirahat, mengantuk atau tidur dalam kesertaan-Nya itu. Dia hadir secara umum kepada semua makhluk (Ma’iyah ammah), dan khusus kepa da mukmin bertakwa dan pengamal kebajikan (Ma’iyah khashshah). Demikian penje lasan Syeikh M.Abdul Athi Buhairi.
     Mukmin yang menyentuh dan tersentuh kehadiran Allah tak lagi merasa cemas, takut dan gelisah. Sebaliknya, ia mawas diri, menata perbuatan dan amalnya di du nia, karena apapun yang dia kerjakan,baik yang nyata maupun yang tersembunyi, tak luput dari kehadiran Allah.
     Allah hadir, melihat dan mendengar seluruhnya. Melihat ke-ikhlasan dan ketidak-ikhlasan hamba-Nya dalam beribadah pada-Nya. Mendengar hamba-Nya yang me nyebut nama-Nya setiap saat, mendengar pula keluhan serta kegembiraanya, dan melihat gerak hatinya yang terkecil dalam kebaikan dan kemungkaran.Allah tahu hambanya yang meragukan-Nya; terlebih lagi, Dia tahu hamba-Nya yang tak putus-putus meng-imani keagungan, bersyukur, dan meyakini rahmat-Nya.
     Allah juga menyertai langkah hambanya yang berjuang menegakkan kalimat-Nya, Dia juga menyertai langkah hambanya yang berbuat kerusakan dan mengeta hui hal itu secara detil. Karenanya, kelak semua perbuatan manusia akan Dia hitung satu persatu, karena satu persatu perbuatan manusia tak ada yang lepas dari penga matan-Nya. Sebagai bukti Dia hadir secara intensif, detil dan demikian aktif.

     “Jangan bersedih , sesungguhnya Allah bersama kita,” ujar Nabi. Terasa indah, damai dan menyenangkan. Membawa kita merasakan kehadiran-Nya, me nyentuh kesucian-Nya. Waallahu a’lam bil sawab.
                                                  ----oOo----
                                              (dikutip dari  beberapa sumber. Disusun oleh: Rust. G)

Tips: SUATU HAL YANG PERLU  ANTA  KETAHUI

KUNCI MENDAPAT
PERTOLONGAN ALLAH

Tahukah anda bagaimana kunci mendapat pertolongan Allah swt ? Bersungguh-sun guhlah menghamba kepada-Nya ! Demikian menurut sebuah hadist.
Saat kita ingin dimuliakan Allah, maka akuilah kehinaan kita di hadapan Allah.
Saat kita ingin dilebihkan, maka akuilah kekurangan kita di hadapan Allah.
Saat kita ingin dikuatkan Allah, maka akuilah kelemahan kita selamah-lemahnya di hadapan Allah.
         Imam Ibnu Atha’llah berkata, “Buktikan dengan sungguh-sungguh sifat-sifat kekura nganmu, niscaya Allah akan membantumu dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Akuilah kehi naanmu, niscaya Allah akan menolongmu dengan kemuliaan-Nya. Akuilah kekuranganmu, niscaya Allah akan menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Akuilah kelemahanmu, niscaya Allah akan menolongmu dengan kekuatan-Nya ”.
         Sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Tarmidzi menyebutkan”Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah diwaktu lapang, niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah  bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimp mu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan seiring dengan kesabaran, jalan keluar seiring d engan cobaan dan kemudahan seiring dengan kesulitan”.

                                                     ------Ooo-----
sumber

0 komentar:

Posting Komentar