pemakaian hadist dhaif untuk fadhlailul amal

Ulama Hadist membagi hadist itu menjadi 2 bagian............
1. Hadist yang boleh dipakai
2. Hadist yang tidak boleh dipakai




Hadist yg boleh dipakai

1. Mutawatir.
Hadist yangg didengar dari Rasulullaah oleh orang banyak dan disampaikan kepada orang banyak. Begitulah seterusnya dan tercatat dalam kitab kitab Hadist

2 Hadist Aahad
Hadist yangg didengar dari Rasulullaah oleh orang tidak sebanyak hadist Mutawatir

Hadist yang tiak boleh dipakai
1. Hadist Lemah/Dhaif riwayatnya
2. Hadist Palsu riwayatnya

Pemakaian Hadist Dhaif/Lemah

Pengertian hadits dhaif Secara bahasa, hadits dhaif berarti hadits yang lemah. Para ulama memiliki dugaan kecil bahwa hadits tersebut berasal dari Rasulullah SAW. Dugaan kuat mereka hadits tersebut tidak berasal dari Rasulullah SAW.

Adapun para ulama memberikan batasan bagi hadits dhaif sebagai berikut : “ Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memuat / menghimpun sifat-sifat hadits shahih, dan tidak pula menghimpun sifat-sifat hadits hasan”.

Hadist yg lemah riwayatnya itu ada beberapa macam pula tetapi tetap merupakan Hadist lemah yang tidak boleh dipakai untuk menetapkan satu hukum, halal, haram, sunnat atau makruh

Hadist Dhaif sering juga dipakai oleh ulama tetapi didalam perkara budi pekerti, perangai, nasihat keduniaan dsb. Hal ini pun apabila sudah ada ayat Quran atau hadist yg shahih yang dijadikan pokok pada masalah tersebut.

Jadi dengan kata lain Hadist Dhaif hanya dipakai sebagai pembantu keterangan dari hadist yang shahih, bukan sebagai pokok, dasar utama.

Ahli hadist atau ulama fiqh tidak membolehkan pemakaian hadist dhaif untuk fadla-ilul amal.
Beberapa kalangan membolehkannya dan yang mereka maksudkan dengan fadla-ilul amal adalah amal amal yg bukan wajib.

Dan jelaslah kalau fadla-ilul amal dilakukan untuk ibadat yg sunnat, yaitu ibadat yang diharapkan untuk mendapatkan keridhaan ALLAAH berupa pahala bila mengerjakannya.

Perkara ibadat sunnat itu tidak dapat kita tetapkan/bersandar dari hadist / dalil yang lemah apalagi palsu. Tetapi perlu dengan keterangan / dalil yang sekurang kurangnya menimbulkan keyakinan yaitu sekurang kurangnya dengan hadist Ahaad yang shahih.