Al-Baqarah:155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.Al-Baqarah:212
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batasAl-Baqarah:204
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.An-Nisaa`:074
فَلْيُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ وَمَنْ يُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلْ أَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat [316] berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.==================================
Tersebutlah seorang ulama bernama Abid. Ia tekun menjalankan ibadah. Bertahun-tahun lamanya menyembah Allah dan tak pernah berbuat dosa. sepanjang waktu,dia sibuk berzikir dan berdo'a. hampir tak pernah keluar dari tempat ibadahnya.
Sementara itu terdengar desas-desus tentang banyaknya orang yang mendatangi sebuah pohon besar untuk keperluan penyembahan. Pohon itu sudah beratus-ratus thn tumbuh didekat kuburan. Sekarang daunya rimbun dan batangnya kokoh. Entah siapa yang memulai sampai-sampai tempat itu ramai dikunjungi orang. Mereka datang dari berbagai penjuru untuk membakar kemenyan dan berdo'a di sana. Untuk menambah kesan angker,beberapa bagian pohon itu dibalut kain putih. Sungguh mengerikan!
Kabar tentang kemusyrikan itu sampai pula ke telinga Abid. "kemusyrikan itu tdk blh dibiarkan!" pikir Abid dlm hati. Sbg orang beriman, Abid merasa bertanggung jawab utk meluruskan perilaku mereka. Cara yg dianggap tepat ialah memusnahkan pohon itu.
Sejak pagi Abid sudah sibuk mengasah kapaknya. Lalu bergegas pergi untuk melaksanakan niatnya, menebang pohon tsb. Tapi ditengah jalan ia dicegat olh orang yg blm pernah dikenal sblumnya. Sebensrny orang asing itu adalah jelmaan setan penunggu pohon besar itu. Rupanya setan itu tahu rencana Abid dan takkan membiarkan pohon keramat itu dimusnahkan.
"Selamat pagi Kiai," sapa orang itu ramah sekali. Dengan ramah Abid tersenyum dan membalas dengan ucapan yg sama.
"tidak spt biasanya Kiai kelur dari tempat peribadatan. Bahkan aku merasa aneh melihat ulama terkenal berjalan pagi-pagi dengan memanggul kapak. Hendak kemanakah Kiai?" tanya orang yg berlagak akrab itu. "Aku hendak menebang pohon didekat kuburan" jawab Abid. "Mengapa tidak menyuruh orang lain saja Kiai?" tanya orang itu. "Aku merasa bertanggung jawab sehingga hrs kulakukan sendiri," jawab Abid. "Bukankah pohon itu sekarang ramai dikunjugi orang. Bagaimana nanti kalau ditebang?" kata setan. "Justru krn itulah aku bermaksud merobohkanya. "Agar tidak dikunjungi orang," jawab Abid.
"Kiai trll berani. Padahal tindakan Kiai akan menimbulkan bahaya yg sangat besar bagi keselamatan dirisendiri," lanjut orang itu. "Tak ada yg perlu ditakutkan," ujar Abid. "Jika pohon itu dirobohkan, maka orang yg memujanya akan marah. Bisa jadi mereka beramai-ramai membantai Kiai. Termasuk akulah orang yg tidak akan membiarkan pohon sembahan itu musnah dari muka bumi," ujar orang asing itu.
Abid merasakan firasat yg tdk baik. Tiba-tiba ia curiga kpd orang asing yg sejak td mengajaknya bicara. Kedua mata Abid menatap lekat-lekat kpd orang itu. Akhirnya Abid sadar bahwa orang yg ada di hadapanya tsb adalah setan. "Minggirlah aku mau lewat!" bentak Abid mulai jengkel. Orang itu tak mau membuka jalanya. Ia tetap menghalang-halangi langkah Abid. "Tidak, aku tidak mengizinkanmu merobohkan pohon itu!" kata orang tsb.
Keduanya tidak mau mengalah. Mereka akhirnya bertengkar. Orang itu mengarahkan tinjunya ke wajah Abid namun dengan gesit Abid menggeser tubuhnya ke samping. Akibatnya, pukulan itu hanya mengenai udara. Abid tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, secepat kilat ia menangkappergelangan tangan musuhnya. Selanjutnya,tangan kiri Abid menyambar bagian leher. Seketika itu musuhnya tak berkutik.
"Kalau sdh begini apakah kau masih ingin menghalangi niatku?" tanya Abid. "Maafkan aku. Kiai sungguh aku takkan lagi menghalangi niat Kiai, tolonglah lepaskan cengkraman ini!" orang asing itu merengek.
Abid pun melepaskan cekalan tanganya. Orang asing tsbmundur selangkah dan membiarkan Abid pergi. Tetapi baru saja beberapa meter berjalan, tiba-tiba Abid diserang dari belakang.
Dengan serta mertaAbid membalikkan tubuhnya dan menyerang musuhnya kembali. Ia melancarkan pukulan dan tendangsn telak. Dengan jitu,kaki Abid mendarat di lambung orang asing itu. Disusul pula dengan pukulan yang mengenai rahang dan pelipis shg orang itu terdesak. Abid tak memberi kesempatan sama sekali. Kaki kananya menjegal kaki kiri musuh. Seketika musuh terjatuh. Abid segera menendang dan menginjak leher musuhnya itu sampai benar benar tak berdaya. Musuh berteriak-teriak mohon ampun dan mencoba merayu Abid. "Ampun Kiai, lepaskan aku!" pintanya dengan bersikap manis. " Tidak! kali ini kupatahkan lehermu," bentak Abid geram.
Akan tetapi begitu pandainya setan itu membujuk rayu sehingga Abid pun benar-benar merubah pendirian. Ia lalu lepaskan musuhnya.
"Kiai hendaknya jangan buru-buru menilaiku jahat. Jangan pula menilaiku menghalang-halangi niat Kiai. Semua ini kulakukan demi kebaikan Kiai. Jika Kiai mengerti maksudku yang sebenarnya, maka Kiiai tak mungkin membenciku. Bahkan Kiai akan berterimakasih terhadapku," kata orang tsb membujuk Abid. "Jangan banyak bicara katakan saja apa maksudmu!" benta Abid.
Sebenarnya sudah lama sekali aku perhatikan kehidupan Kiai yang memprihatinkan. Hatiku jadi terenyuh," kata setan. "Mengapa?" tanya Abid.
"Kiai sangat baik, dermawan, sopan, ahli ibadah, dan hampir tidak pernah berbuat dosa, meski thdp seekor semut sekalipun. Tetapi Kiai tetap saja hidup melarat. Hidup Kiai ternyata lbh buruk jika dibandingkan dengan saudara-saudara, teman-teman, dan orang-orang disekitarnya. Alangkah sayangnya jiwa murni dan hati bersih tapi hidup dalam kemelaratan."
"Aku tidak butuh harta karena aku lebih suka mendambakan serta berbakti kpd ALLAH. Karena ibadah yg kulakukan,kelak aku akan mendapatkan pahala dari-NYA." jawab Abid.
"Ooo....itu pikiran yg sangat bodoh Kiai. Pikirkan, seandainya kita kaya, maka kita akan dapat melakukan ibadah dengan sempurna dan lebih tenang. Ingat Kiai, kemiskinan dpt menjerumuskan orang dalam kekafiran. Aku khawatir, kemelaratan Kiai akan menyebabkan Kiai jadi kafir. Padahal puluhan tahun lamanya Kiai tekun menjalankan ibadah. Alangkah sayangnya jika perbuatan baik itu menjadi rusak karena kemelaratan." kata orang tsb mempengaruhi pendirian Abid.
Abid nampak diam. Agaknya ia mulai terpengaruh bujukan musuhnya. Pemdirianya mulai goyah. Dalam hati ia membenarkan ucapan yg baru saja didengarnya itu. "Selama ini Kiai hanya sembahyang,berzikir,dan berdo'a kpd ALLAH,sampai-sampai tak pernah keluar dr tempat peribadatan. Padahal banyak diluar sana fakir miskin dan anak yatim yg perlu di santuni. Mereka perlu di bantu. Bersedekah mrpkn ibadah yg tak ternilai pahalanya amat besar Kiai. Balasanya sungguh luar biasa dibandingkan dengan amalan lainya." kata orang asing tsb. "Maksudmu?" tanya Abid kemudian.
"Apakah selama ini Kiai pernah bersedekah? Aku yakin Kiai tak pernah memberi sesuatu kpd fakir miskin dan anak yatim, sebab Kiai sendiri miskin. Berarti Kiai telah menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih pahala yg besar."
"Kuakui memang aku tak pernah bersedekah. Tetapi aku tekun menjalankan ibadah kpd ALLAH," ujar Abid. "Nah itulah kelemahanya," kata org tsb seakan-akan meremehkan. "Sebenarnya harta itu penting, penting sekali Kiai!"
Abid nampak manggut. Bibirnya menyungging senyum. Diam-diam ia memuji kecerdasan musuhnya itu. "kau benar" katanya menimpali.
"makanya aku ingin menjadi sahabat Kiai maka dengarkanlah nasihatku,"
"katakanlah" Abid menimpali.
"kalau Kiai berkenan,maka sebaiknya niat merobohkan pohon itu diurungkan saja. Jangan diteruskan. Percuma,tak ada hasilnya. Justru Kiai akan terancam. Para penyembah pohon itu akan marah dan berusaha membunuh Kiai. Kumohon dengan sangat, Kiai memikirkan untung dan ruginya!!"
"maksudmu?" tanya Kiai
"Sekarang jawablah pertanyaanku Kiai! besar mana pahala dari bersedekah dibandingkan dengan hanya menebang pohon itu?" tanya setan
"Tentu saja bersedekah lebih banyak pahalanya" jawab Kiai
"Mengapa Kiai tdk bersedekah saja?" tanya setan kembali
"Dari mana aku dapatkan uang?" Abid balik bertanya
"Nah itulah susahnya jadi ahli ibadah yg miskin, tapi jangan kuatir aku akan membantu Kiai. Sekarang Kiai boleh pulang. Setelah sampai di tempat ibadah segera periksa di bawah tikar ada dua keping dinar." kata orang itu setengah memerintah.
"Yang benae saja" tanya Abud dengan penuh harap.
"Buktikanlah sendiri" ujar orang itu meyakinkan.
"Bahkan setia pagi Kiai akan mendapatkan dua keping dinar secara terus-menerus. Nah uang itu bisa Kiai manfaatkan utk sedekah."
"Dari mana uang itu?" sergah Kiai
"Percayalah aku akan selalu menaruhya setiap pagi disana," kata orang itu meyakinkan.
"Akan ku buktikan, tapi awas jika kau main-main!" ancam Abid
"Bolehlah Kiai mematahkan leherku ini dengan kapak jika aku berbohong" ujar jelmaan setan tsb memberi jaminan.
Abid bergegas pulangdan segere menuju tempat peribadatanya. Dengan hati tak sabar ia cepat-cepat membuka tikar. Seketika itu matanya terbelalak melihat dua keping uang dinar yang masih baru tergeletak di bawah alas tidurnya. "Uang sebanyak itu sudah cukup untuk bersedekah dan memenuhi kebutuhan hidup, bahkan masih lebih," demikian pikir Abid.
Keesokan harinya,ia membuka tikarnya kembali. Didapatinya dua keping dinar yang masih tergeletak. Hati Abid berbunga-bunga.Namun pada hari ketiga, ia tak menemukan apa-apa lagi. Hatinya menjadi sangat kecewa.
"Kurang ajar! Rupanya ia mempermainkan aku." Abid geram. Abid segera menyambar kapaknya. Kali ini ia benar-benar marah dan takkan memberi ampun kpd setan. "sekarang aku tak main-main. tak seorangpun yang boleh menghalang-halangi niatku," demikian pikirnya dalam hati.
Ditengah jalan ia sudah di hadang kembali oleh setan yg menjelma mjd manusia. Dia adalah musuh Abid. Agaknya setan itu tau betul rencana Abid dipagi itu.
"Kau benar-benar pembohongh, penipu, bedebah! anak setan!," damprat Abid menumpahkan kemarahanya.
"Kau benar, aku memang anak setan, bahkan bapaknya setan" kata orang itu cengengesan.
Kemarahan Abid makin memuncak. Ia segera menyambar lengan orang itu lalu membantingnya sekuat tenaga. Tetapi musuhnya menyambar kaki Abid dgn cepat. Akibatnya Abid roboh. Orang itu bangkit lalu menindih tubuh Abid. Leher Abid dicekiknya hingga tak bernafas.
"Sekarang engkau harus mengakui kalau aku lbh unggul. Saatnya kini engkau memilih, mengurungkan niat utk menebang pohon itu atau kubunuh?" bentak orang itu.
"Lepaskan, aku akan mengurungkan niatku," ujar Abid menyerah.
Musuh Abid melepaskan cengkramanya. Abid lalu berdiri dengan sangat malu. "Aku heran mengapa kali ini kau dapat mengalahkan aku? Padahal beberapa hari lalu aku dapat merobohkanmu dengan mudah." keluhnya
"Dengarlah Abid!" kata orang itu seenaknya. "Mengapa perkelahian yg lalu engkau lbh unggul dan menang? sesungguhnya ketika itu niat dalam hatimu bersih, ikhlas karena ALLAH. Engkau menebang pohon dengan tujuan untuk ibadah dan memberantas syirik. Tetapi kali ini kemarahanmu kepadaku bukan karena ALLAH."
"Karena siapa?" tanya Abid.
"Engkau marah karena tidak mendapatkan uang dibawah tikarmu. Jadi niatmu kali ini tidak bersih. Niatmu untuk mendapatkan uang. Lalu engkau marah. Tentu saja aku dapat mengalahkanmu dengan mudah," kata orang itu.
Abid terdiam. Ia menyesali perbuatanya. Sekarang ia sadar telah ditipu setan. Hanya karena terpengaruh uang dan demi kepentingan pribadi, akhirnya ia gagal menunaikan tugas sucinya.
cerita ini diambil dari buku:kisah-kisah teladan;Pengasah Kecerdasan Spiritual olh: DR.MULYANTO
Diambil dari postingan
http://www.facebook.com/home.php#!/photo.php?fbid=119232001480126&set=at.116244008445592.17293.100001799812704.100001643195289
0 komentar:
Posting Komentar